Teknologi Pengolahan Sampah
Teknologi Pengolahan Sampah
Perbedaan antara sampah organik dan anorganik dari
segi komposisi dan cara pengolahannya.
Limbah adalah sisa-sisa buangan dari kegiatan produksi
ataupun kegiatan manusia yang tidak memiliki nilai dan tidak berguna lagi.
Biasanya dihasilkan oleh kegiatan domestik, non-domestik ataupun sektor
industri dan pertanian. Pembagian untuk kategori limbah yang banyak dipakai
adalah berdasarkan jenis senyawa penyusunnya, yaitu limbah organik dan limbah
anorganik.
Komposisi sampah
merupakan masing-masing komponen yang terdapat pada sampah dan distribusinya.
Komponen komposisi sampah adalah komponen fisik sampah seperti sisa-sisa
makanan, kertas-karton, kayu, kain-tekstil, karetkulit, plastik, logam besi-non
besi, kaca dan sebagainya (misalnya tanah, pasir, batu, keramik). Pengelompokan
sampah yang paling sering dilakukan yaitu berdasarkan komposisi sampah,
misalnya dinyatakan sebagai % berat atau % volume dari kertas, kayu, karet,
plastik, logam, kaca, kain, makanan dan sampah lain-lain (Damanhuri, 2010).
o Sampah Organik
Sampah organik terdiri dari zat-zat organik, seperti
karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), dan nitrogen (N). Zat-zat organik
tersebut dibutuhkan oleh tanah, tanaman, dan manusia untuk tetap hidup sehat.
Indonesia diperkirakan menghasilkan 64 juta ton sampah
setiap tahun. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK), komposisi sampah didominasi oleh sampah organik, yakni mencapai 60%
dari total sampah. Sampah organik merupakan sampah yang bisa terurai secara
alami karena berasal dari sisa-sisa makhluk hidup. Namun sampah organik akan
menjadi permasalahan besar apabila bercampur dengan jenis sampah lain dan
menumpuk di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Hal ini dikarenakan tumpukan sampah
organik dapat menghasilkan gas metana yang sifatnya mudah meledak.
Bank Sampah Bersinar mengelola sampah organik
menggunakan maggot. Maggot adalah larva Black Soldier Fly (BSF) yang dapat
mengkonsumsi sampah organik. Maggot kaya akan kandungan protein dan asam amino
esensial yang dapat digunakan sebagai pakan ikan dan unggas. Bekas makanan
maggot dapat diolah kembali menjadi pupuk organik yang biasa disebut kasgot dan
memiliki banyak manfaat bagi tanaman.
o Sampah Anorganik
Sampah anorganik dapat terdiri dari berbagai macam
bahan, seperti:
Plastik, Botol atau kaleng minuman, Kresek, Ban bekas,
Besi, Kaca, Kabel, Barang elektronik, Bohlam lampu.
Sampah anorganik dapat dikelompokkan menjadi dua
jenis, yaitu sampah anorganik yang dapat didaur ulang dan sampah anorganik yang
tidak dapat didaur ulang. Sampah anorganik yang dapat didaur ulang disebut
sampah anorganik recyclable, sedangkan sampah anorganik yang tidak dapat didaur
ulang disebut sampah anorganik non-recyclable.
Cara pengolahan sampah organik dan anorganik pada
dasarnya mengharuskan kita untuk menguasai teknik memilah sampah secara baik.
Namun, untuk pengolahan sampah anorganik, cara ini semakin penting lagi karena
setiap jenis sampah anorganik bisa melalui teknik pengelolaan sampah yang
berbeda-beda lagi.
Pertama, kumpulkan sampah anorganik pada satu tempat
sampah khusus. Kemudian, pisahkan sampah anorganik, entah itu terpisah sesuai
jenisnya atau kondisi barangnya. Terakhir, bersihkan sampah anorganik agar
layak untuk melewati proses pengolahan sampah selanjutnya.
Pastikan Anda mengurangi penggunaan sampah dengan
mengurangi barang belanjaan dan hanya beli dengan jumlah yang cukup (reduce).
Berikutnya, jika kondisi barang tersebut masih layak, Anda dapat menggunakan
kembali barang tersebut (reuse) atau mendonasikannya. Namun, bila tidak bisa
dipakai lagi, jangan ragu untuk mendaur ulang (recycle) sampah, seperti membuat
tas dari kemasan plastik atau tempat pensil dari kaleng sisa makanan. Dengan
begitu, barang daur ulang bisa Anda gunakan lagi atau bahkan bisa dijual
kembali.
Dampak Lingkungan Utama Akibat Pengelolaan Sampah yang
Tidak Tepat.
Pada akhirnya dampak negatif akibat sampah yang tidak
dikelola dengan baik akan kita rasakan dan menjadi ancaman bagi kelangsungan
hidup kita dan generasi penerus kita. Berikut ini dampak-dampak akibat sampah
yang tidak kelola dengan baik.
o Pencemaran Lingkungan yang Berdampak Buruk bagi Kita
dan Makhluk Hidup Lainnya
Pembuangan sampah dan limbah yang sembarangan hingga
pengelolaan sampah yang tidak tepat menjadi penyebab terjadinya pencemaran
lingkungan mulai dari air, udara, dan tanah. Selain merusak lingkungan kita,
pencemaran akibat sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat memberikan
dampak buruk bagi kesehatan kita dengan timbulnya berbagai penyakit.
Pencemaran lingkungan tak hanya berdampak bagi
manusia, tetapi juga makhluk hidup lainnya seperti hewan dan tumbuhan.
Pencemaran sampah di laut membuat banyak hewan laut menderita bahkan berujung
kematian dengan rusaknya habitat. Banyak peristiwa hewan laut dari paus hingga
penyu yang mati akibat terkontaminasi sampah seperti sampah plastik yang
termakan oleh mereka. Sampah kita membunuh mereka.
o Menjadi Penyebab Berbagai Bencana dari Banjir hingga
Longsor
Sampah menjadi penyebab banjir dengan adanya
penumpukan sampah di dasar sungai yang mengakibatkan permukaan sungai meninggi
sehingga luapannya akan memasuki pemukiman penduduk saat diguyur hujan. Selain
itu, tumpukan sampah yang menutupi aliran air juga menjadikan sampah sebagai
penyebab banjir. Berbagai dampak banjir pun kita rasakan baik dari kerugian
material hingga munculnya berbagai penyakit.
Selain banjir, longsor sampah dapat terjadi akibat
sampah yang tidak dikelola dengan baik. Longsor sampah bisa terjadi akibat
timbunan sampah yang menggunung seperti tumpukan sampah yang tedapat pada
lokasi Tempat Pemrosesan Sampah (TPA). Peristiwa longsor pernah terjadi di TPA
Leuwigajah pada 2005, akumulasi gas metan dari tumpukan sampah meledak dengan
keras diikuti longsor sampah yang menewaskan banyak korban jiwa dan menghapus
dua desa dari peta.
Itulah berbagai dampak yang saat ini bisa kita lihat
dan bahkan rasakan akibat sampah yang tidak dikelola dengan baik. Melihat
berbagai dampak buruk yang dihasilkan akibat sampah, masihkah Kamu mau berperan
dalam kerusakan lingkungan, kerusakan hidupmu dan makhluk hidup lainnya, bahkan
kerusakan kehidupan generasi penerus kita?
Mulai dari hal kecil, mulai dari kita. Mulai atasi
masalah sampah ini dari langkah-langkah kecil dengan mengurangi produksi sampah
hingga memilah sampah yang kita hasilkan untuk bisa didaur ulang.
Limbah Sampah B3 dan Contoh Sampah B3 yang Umum
ditemukan.
Limbah B3 adalah akronim dari Bahan Beracun dan
Berbahaya yang menurut PP no. 101 tahun 2014, definisinya adalah sisa usaha
atau kegiatan yang mengandung zat atau komponen yang secara langsung maupun
tidak dapat mencemarkan, merusak, atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
Limbah B3 sering juga disebut mengandung zat atau
bahan anorganik berbahaya yang bersifat teratogenik. Teratogenik itu sendiri
dilansir dari Wikipedia adalah sebuah bahan berbahaya yang dapat membuat
perkembangan menjadi tidak normal. Seperti misalnya dalam medis, perkembangan
dari sel selama masa kehamilan yang dapat merusak embrio.
Limbah B3 seringkali kita temui di kehidupan kita
sehari-hari, namun karena ketidaktahuan, tanpa sadar kita memperlakukan jenis
limbah ini sama seperti kita memperlakukan sampah biasa. Padahal, konsekuensi
jangka panjangnya terhadap lingkungan dan kesehatan kita sangat berbahaya.
Contoh Limbah B3 :
o Lampu TL dan Bohlam
Apa yang anda lakukan dengan lampu bekas di kantor
atau rumah anda? Apakah anda buang ke tempat sampah, atau anda pisahkan dari
jenis sampah lain? Kebanyakan dari kita mungkin masih membuang langsung ke
tempat sampah tanpa memisahkan dari jenis sampah lain.Mulailah memisahkan
limbah lampu anda karena lampu pendar dan TL mengandung nikel dan merkuri yang
sangat berbahaya bagi metabolisme tubuh manusia.Di dalam setiap lampu pendar
terdapat 5 miligram merkuri, yang berbentuk bubuk maupun uap. Uap merkuri ini
adalah neurotoksin, atau racun yang sangat berbahaya dan berakibat fatal pada
otak dan ginjal. Jika terakumulasi dalam tubuh dapat merusak sistem saraf,
janin dalam kandungan, dan jaringan tubuh. Pada anak-anak, merkuri bahkan dapat
mengakibatkan penurunan IQ, yang efeknya akan sangat berdampak hingga tua.
o Oli Bekas
Oli biasanya banyak digunakan oleh mesin bermotor
seperti misalnya mesin genset yang digunakan oleh gedung-gedung komersial
seperti gedung perkantoran, apartemen ataupun juga pusat perbelanjaan seperti
mal.Tetapi tahukah anda bahwa oli ini mengandung logam berat yang berbahaya
bagi manusia? Secara medis, materi logam berat ini dapat menyebabkan kerusakan
pada ginjal, saraf dan menyebabkan beberapa penyakit berbahaya seperti kanker.
o Aki Bekas
Untuk anda yang bergerak di bidang otomotif, maka
istilah aki bekas sudah tidak asing lagi. Tapi apakah anda tahu bahwa aki bekas
juga termasuk limbah B3 yang harus diolah dengan benar? Kenapa? Karena sesuai
dengan data dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Bersama Australia Aid
debu timbal yang terkandung di dalamnya dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan.Apalagi air aki bekas termasuk limbah B3 karena bersifat korosif.
Air aki bekas dapat menyebabkan benda lain hancur atau memperoleh dampak
negatif. Selain itu bagi manusia, secara medis dapat menyebabkan kerusakan pada
mata, kulit, sistem pernapasan, dan banyak lagi.
Peran Insinyur Kimia dalam Pengelolaan Sampah.
Insinyur kimia berperan dalam pengelolaan sampah
melalui berbagai teknik kimia, seperti:
o Pengolahan limbah secara kimia
Proses mengubah komposisi kimia limbah agar menjadi
lebih stabil dan tidak berbahaya. Teknik ini menggunakan reagen kimia untuk
memecah, menghilangkan, atau mengubah komponen berbahaya dalam limbah.
o Kimia hijau
Prinsip-prinsip kimia hijau yang dapat diterapkan
dalam pengelolaan sampah, di antaranya:
Mencegah terjadinya limbah
Menggunakan pereaksi dan pelarut yang aman
Melakukan perobahan reaksi secara selektif dan efisien
Menghindari produk dan reaksi kimia yang tidak perlu
o Pemanfaatan limbah B3
Ilmu kimia dapat digunakan untuk mengidentifikasi,
mencegah, mengurangi, mengolah, memanfaatkan, dan mengubah limbah B3 menjadi
produk atau energi.
Selain itu, ilmu kimia juga dapat digunakan untuk
menganalisis kualitas air dan udara, serta membantu dalam pemantauan pencemaran
lingkungan.
Bagaimana cara meminimalisir produksi sampah dari
sumbernya?
1.
Membawa
Kantong Belanja Sendiri
Meskipun kantong plastik memang praktis, tapi hal
inilah yang membuat sampah pada bumi terus bertumpuk tak terkendali. Membawa
kantong belanja sendiri saat belanja atau bepergian adalah cara yang paling
mudah untuk berkontribusi mengurangi sampah pribadi.
2.
Membawa
Botol Minum atau Tumbler
Apa yang dibutuhkan ketika haus? Tentu, air minum.
Ketika haus jawabannya tidak harus membeli air minum kemasan. Lebih baik
menyiapkan air minum dari rumah dengan menggunakan botol minum atau tumbler.
Selain bentuk dari peduli terhadap lingkungan, membawa botol minum sendiri juga
bisa menghemat uang.
3.
Tidak
Menggunakan Sedotan Plastik
Sedotan plastik memang terlihat remeh. Tapi bayangkan
jika ribuan orang yang berfikir seremeh itu?. Tentulah sangat berdampak bagi
lingkungan. Sekarang, mulailah mengganti sedotan plastik dengan sedotan bambu
atau kertas yang ramah lingkungan.
4.
Hindari
Membeli Makanan dan Minuman Kemasan Plastik
Usahakan, jangan membeli produk dalam kemasan sachet,
tapi belilah produk yang dikemas dalam ukuran besar untuk mengurangi sampah.
Jika memungkinkan, pilih produk yang dikemas dalam botol kaca atau daun.
5.
Daur
Ulang Sampah Plastik
Tidak semua plastik bisa didaur ulang. Namun, beberapa
barang, seperti botol minuman dan pot tanaman dapat dilakukan proses recycle.
Kreasikan sampah plastik menjadi hiasan atau barang lain yang dibutuhkan di
rumah.
Komentar
Posting Komentar