Proses Fermentasi bahan makanan dari bahan baku protein nabati (fermentasi kecap)
Rainnah ; 13/11/24
Proses fermentasi
pembuatan bahan makanan dari bahan baku protein nabati
Fermentasi adalah proses
pengawetan makanan yang menggunakan mikroorganisme seperti bakteri dan ragi
untuk mengubah karbohidrat menjadi asam atau alkohol. Mikroorganisme yang
berperan dalam proses fermentasi berbeda-beda untuk setiap bahan pangan.
Contoh makanan yang mengandung
protein nabati di antaranya Tempe, Tahu, Edamame, Quinoa, Almond, Chia Seed,
Bayam, Brokoli, Kentang, Alpukat.
Beberapa contoh bahan
makanan dari fermentasi dengan bahan baku protein nabati yaitu tempe, kecap,
yogurt, kefir, acar, oncom, teh kombucha, sup miso jepang dan sebagainya.
Berikut uraian dari
salah satu contoh proses fermentasi pembuatan bahan makanan dari bahan baku
protein nabati yaitu proses fermentasi kecap
Kecap adalah bahan
pangan yang dibuat melalui proses fermentasi kedelai yang ditambahkan bumbu,
gula, dan garam untuk memberikan cita rasa makanan yang khas (Cahyadi, 2006).
Kecap merupakan sumber protein yang cukup baik karena mengandung asam amino
essensial yang cukup tinggi. Adanya proses fermentasi pada pembuatan kecap,
zat-zat gizi dalam kecap
akan menjadi lebih mudah
dicerna, dan dimanfaatkan oleh tubuh.
Umumnya, bahan baku
kecap berasal dari kedelai hitam atau kedelai kuning, tempe, ampas kacang, air
kelapa, oncom dan ikan. Kecap adalah produk hasil fermentasi yang dikonsumsi
terutama di negara asia sebagai produk bumbu dan pencita rasa makan selama
lebih dari 3000 tahun.
Kecap dengan kualitas
yang baik ditentukan oleh kadar protein yang tinggi, kekentalan pada tingkat
tertentu (tidak terlalu cair), warna coklat kehitam-hitaman, daya simpan yang
lama dengan memanfaatkan kadar gula yang tinggi atau bahan pengawet, tidak
adanya endapan pada kecap meski disimpan dalam waktu lama, serta cita rasa dan
aroma khas kecap yang diperoleh melalui fermentasi oleh mikrobia (Suprapti,
2005). Aroma khas kecap tersebut muncul karena adanya alkohol yang dihasilkan
oleh khamir Saccharomyces cerevisiae pada akhir fermentasi basah. Selain itu,
Aspergillus oryzae juga berperan dalam menimbulkan aroma khas kecap tersebut,
yaitu adanya penguraian protein menjadi amonia oleh protease yang dihasilkan A.
Oryzae.
Proses pembuatan kecap
pada prinsipnya terdiri dari :
1. Fermentasi kedelai (koji)
2. Fermentasi di dalam larutan garam
(moromi)
3. Ekstraksi, filtrasi dan pemasakan (penambahan
bumbu)
Bahan dasar yang
digunakan untuk membuat kecap adalah kedelai, bai kedelai hitam maupun kedelai
kuning tanpa adanya pencampuran dengan bahan lain untuk meningkatkan rasio
karbon/nitrogen. Sedang kedelai yang telah dihilangkan minyaknya tidak
digunakan sebagai bahan dasar kecap.
Perendaman, proses ini ditujukan untuk hidrasi
biji kedelai sehingga dalam proses pemasakan diperlukan waktu yang lebih
pendek. Perendaman biji kedelai dilakukan selama 2-12 jam (semalam). Untuk
perendaman yang lama, pada interval waktu tertentu air rendaman perlu diganti
dengan air yang bersih, karena timbulnya fermentasi oleh bakteri, terutama
bakteri Gram positif, pembentuk spora yang terdapat pada kedelai. Pertumbuhan
bakteri yang ditandai dengan adanya buih pada permukaan air rendaman, dapat
menimbulkan flavor yang tidak dikehendaki pada hasil akhir. Kedele yang telah
direndam ini beratnya akan meningkat menjadi 2,10-2,15 berat semula.
Pemasakan, proses ini ditujukan untuk
pelunakan biji kedelai, merusak proteinase inhibitor serta untuk membunuh
bakteri yang terdapat pada permukaan kedelai. Pelunakan biji kedelai diperlukan
untuk mempermudah hidrolisis oleh ensim jamur, karena protein dan karbohidrat
kedelai dalam keadaan alamiahnya sulit dihidrolisis oleh ensim jamur. Pada
dasarnya proses pemasakan diakhiri setelah kedelai menjadi lunak (matang).
Pendinginan, kedelai yang telah masak
didinginkan dan dikering-anginkan dengan cepat. Kedele masak yang sedikit
kering baik untuk pembuatan koji, karena kondisi ini efektif untuk mencegah
pertumbuhan bakteri pembusuk Bacillus subtilis yang dapat menyebabkan koji
berlendir. Kadang-kadang, untuk menurunkan kadar air kedelai masak ditambahkan
pati, misalnya tapioka.
Fermentasi oleh jamur
(koji). Di Indonesia proses fermentasi jamur dalam pembuatan kecap masih banyak
dilakukan secara spontan yaitu tanpa diinokulasi dengan biakan murni. Setelah
selesai perebusan, air rebusan dibuang dan kedelai didinginkan
(50-60°C), lebih lanjut kedelai disebar di atas nyiru bambu dengan ketebalan
3-5 cm, dan ditempatkan dalam rak-rak di ruang fermentasi. Pada awal
fermentasi, kadang-kadang kedelai yang akan difermentasi ditutup merang atau
karung goni untuk mempercepat tumbuhnya jamur di atas kedelai. Baik nyiru
maupun karung goni yang telah digunakan berulang-ulang, demikian pula rak-rak
serta ruang fermentasi (udara dan debu), merupakan sumber mikrobia yang aktif
di dalam fermentasi koji.
Pengeringan dan
penghilangan spora jamur. Pengeringan ditujukan untuk menurunkan kadar air kedelai yang telah
difermentasi sehingga spora yang menempel dipermukaan mudah dihilangkan. Secara
tradisional pengeringan dilakukan menggunakan sinar matahari 1-2 hari, namun
kini pengeringan dapat dilakukan dengan pengering buatan dengan suhu diatur
sekitar 50°C.
Fermentasi dalam larutan
garam (moromi). Setelah kedelai bersih dari spora selanjutnya direndam dalam
larutan garam 20%, dengan perbandingan antara kedelai dan air garam 1:2, atau
sampai kedelai terendam seluruhnya. Selama proses perendaman ini terjadi
peristiwa ekstraksi molekul-molekul.
![]() |
|||||||||||||||||||
Komentar
Posting Komentar